Lita Mandar

Polman-Majene Lumpuh
(
Fajar Online 11 Jan 2009, 130)

Banjir Bandang, 6 Orang Tewas, 4 Hilang, Ratusan Rumah Hanyut

banjir_polman1POLEWALI — Banjir bandang melanda hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu 10 Januari.Sampai pukul 23.00 Wita, tercatat enam orang tewas, empat lainnya hanyut dan belum ditemukan. Ratusan rumah warga di berbagai wilayah juga rusak berat, termasuk infrastruktur jalan dan jembatan. Longsor terjadi juga di beberapa tempat. Aktivitas warga lumpuh, baik di perkantoran maupun pusat perekonomian.

Bencana yang diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah itu, disebabkan curah hujan yang sangat tinggi mengguyur hampir merata di wilayah dua kabupaten, sejak Sabtu dinihari.
Pantauan Fajar di Polman daerah yang paling parah direndam genangan banjir mulai dari Kecamatan Wonomulyo ke arah barat (Majene), yaitu Mapilli, Luyo, Campalagian,Balanipa, Tinambung. Kecamatan Limboro dan Alu juga terbilang parah direndam banjir. Sedangkan di wilayah Kabupaten Majene, hampir menyeluruh juga menggenangi Kecamatan Banggae dan Banggae Timur, Pamboang, Sendana sampai Malunda, yang berbatasan Kabupaten Mamuju.Desa Baru, Kecamatan Luyo, dan Botto dan Lampoko, Kecamatan Campalagian, warga setempat dikejutkan luapan air yang tiba-tiba menggenangi permukiman menjelang subuh. Sekira pukul 07.00 Wita, genangan makin tinggi hingga mencapai setengah meter.

Tidak lama berselang, permukaan jalan negara yang merupakan jalur lintas Tras Sulawesi Bagian Barat mulai tertutup banjir yang mengalir cukup deras. Sungai Maloso, yang memisahkan Kecamatan Mapilli dan Luyo terus meluap.

“Kita terkejut, banjir seperti ini kurang lebih sama dengan banjir pada 1987. Air sangat deras, karena luapan dari Sungai Maloso,” beber Hamid, warga Baru.

Sekira pukul 09.00 Wita, hubungan ke arah barat mulai sulit ditembus karena ketinggian air di permukaan jalan terus bertambah, sehingga para pengemudi kebanyakan memilih parkir sementara menunggu air surut. Yang nekat “berenang” menembus banjir, kebanyakan macet di tengah genangan air.

Warga setempat, berlomba menyelamatkan barang berharga mereka dari banjir. Pada saat bersamaan, banjir akibat luapan Sungai Puppole, Campalagian menyebabkan permukiman dan Pasar Tomadio tergenang. Luapan sungai mencapai lantai jembatan, jalanan di depan pasar hingga Desa Kenje dan Lapeo, terendam sampai 70 centimeter.

Warga Tinambung, Sauqi, mengungkapkan akibat Sungai Mandar yang meluap, Sabtu subuh, sekira setengah sampai satu kilometer di sebelah kanan dan kiri sungai dilanda banjir. Genangan mencapai setengah meter di Puskesmas Tinambung dan sekitarnya.

Sedangkan kantor camat yang menjadi tempat pengungsian warga di sekitar sungai, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Jembatan Tinambung, yang merupakan jalur satu-satunya ke Majene, ketinggian air sungai mencapai lantai jembatan.

Desa Sepabatu, terbilang paling parah karena berada di tepi sungai. Sejumlah rumah di desa ini dilaporkan hanyut. Beberapa keluarga sempat terjebak banjir, namun akhirnya bisa diselamatkan.

Di wilayah utara Tinambung, Kecamatan Limboro dan Alu, banjir menyebabkan juga desa sekitar aliran sungai tergenang. Bahkan, sebagian besar rumah hanyut di wilayah Kelurahan Alu dan Desa Mombi. Di wilayah ini terjadi juga longsor.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman (PUP) Polman, Edy Wibowo yang mendampingi Bupati Polman Ali Baal memantau lokasi banjir, menyebut infrastruktur di wilayah ini sebagian besar rusak parah diterjang banjir.

“Langkah awal yang kita lakukan, adalah penyelamatan warga agar tidak menjadi korban. Sambil melakukan penanganan sementara agar akses segera terbuka, dan merencanakan upaya perbaikan,” jelasnya kepada Fajar, malam tadi.

Di Kecamatan Luyo, dilaporkan beberapa rumah hancur tertimbun longsor di Desa Tenggelang. Kepala Puskesmas Batupanga, Kecamatan Luyo, Nahmuddin, mengatakan informasi yang diperoleh beberapa orang mengalami cedera dan sempat menjalani perawatan di puskesmas.

“Saat banjir mulai menggenangi puskesmas, kita terpaksa mengevakuasi barang-barang dan obat-obatan di rumah panggung milik warga,” tuturnya. Dari Kecamatan Tutar, Desa Tubbi, tokoh masyarakat Natsir kepada Fajar menyebut dua jembatan hanyut, enam desa terisolasi karena longsor.

Bupati Ali Baal, yang langsung memantau wilayah banjir sampai Tinambung dan Alu, mengatakan sudah menginstruksikan para camat dan kepala desa/lurah membentuk posko banjir. Dinas Kesehatan, telah dikerahkan juga bersama Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam (PBA) untuk melakukan penanganan semaksimal mungkin.

Yang perlu diwaspadai adalah serangan penyakit karena masalah air bersih yang kini rata-rata terjadi menyeluruh. “Saya sudah instruksikan para camat, juga para kepala desa/lurah membentuk posko.

Sekarang, semua harus bersama-sama menyikapi bencana ini dengan keprihatinan, sambil berdoa agar Tuhan memberi petunjuk mengatasi musibah ini,” tutur Ali Baal didampingi Dandim 1402 Polman, Kapolres AKBP Maturbongs, Wakil Bupati Najamuddin Ibrahim.

Kabag Humas Pemkab Polman, Aksan Amrullah, menyebut korban jiwa yang tercatat sementara enam orang, empat warga Kecamatan Alu, dua warga Tinambung. Sedangkan yang hilang, empat orang. Satu warga Buku, Kecamatan Mapilli, satu di Desa Karama (Tinambung), dua warga Alu.

“Nama-nama korban, masih kita tunggu laporan langkap dari camat ke bupati,” katanya.
Sedangkan, warga yang hilang di Desa Buku menurut Ketua BPD setempat, Wahyuddin, bernama Nurlela, 30 tahun.

Jelang magrib, Kota Wonomulyo juga diserang banjir. Ketinggian air mencapai satu meter di Pasar Wonomulyo dan permukiman warga.
Camat Wonomulyo, Mukim Tahir mengatakan banjir kiriman dari luapan sungai Maloso menyatu dengan sungai Buttudakka.

Hingga berita ini diturunkan, antrean kendaraan mengular di beberapa tempat sepanjag poros Wonomulyo-Tinambung. Luapan banjir disebabkan juga air bendung Sekka-sekka sengaja dilepas untuk menghindari akibat yang lebih fatal. Kadis PUP mengatakan, kalau air dibiarkan terbendung, bangunan bendung bisa jebol.

Sementara itu, Bupati Majene Kalma Katta, melalui telepon menyebutkan Kota Majene terendam banjir setinggi satu meter sejak pukul 08.00 sampai 13.00 Wita. Akses jalan menuju Mamuju, terputus juga karena air menutup permukaan jalan akibat curah hujan yang tinggi sejak Jumat malam. “Kita masih terus memantau perkembangan terakhir, sejauh ini belum ada laporan korban jiwa,” katanya.

Disebutkan, beberapa jembatan antara Majene-Mamuju mengalami kerusakan akibat banjir, sejumlah rumah penduduk dilaporkan juga hanyut dan rubuh diterjang banjir. Dari Pinrang juga dilaporkan, banjir juga menggenangi beberapa rumah penduduk dan fasilitas umum. Bahkan, ribuan hektare persawahan juga terendam banjir.

Di Pasar Sentral Pinrang, air setinggi lutut orang dewasa juga menghentikan aktivitas pedagang.
Pantauan Fajar, kemarin, banjir terjadi di beberapa wilayah, seperti Pasar Sentral Pinrang, Jalan Jampue, dan jalan utama menuju kantor bupati (kompleks perkantoran baru). Ketinggian air mencapai 50 hingga 70 cm. (mdl-nas)

Kalindaqdaq:

==========

“Inditia Tummuane Bannang Pute Sarana Melo Dicingga Melo Dilango-lango”

Ini dia lelaki Mandar, Pemberani dan pantang surut langkah, Siap menghadapi setiap tantangan yang menghadang, Apapun jua bentuknya.
==========

“Mesa kada dipatua, pantang kada dipomate”

Berpegang teguh pada satu kata, ingkar janji taruhannya adalah nyawa.
==========
  1. maua ditappa lino,mittullung diwiring langi,pappina’dinnu diona ditana mandar.

Tinggalkan komentar